›
Pendidikan & Kebudayaan›Soal Klise
Iklan

Soal Klise

Oleh
Eko Endarmoko
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/oGtC9QPjcpXk_9cRdZk-yuSS6O0=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F03%2Fbahasa-featureImage.png

Seorang kawan pada satu hari bertanya, kenapa kita mengeja memprotes, bukan memrotes? Juga mengapa mempertinggi, bukan memertinggi? Ia berargumen, bila huruf /p/ di kedua bentuk setelah mendapat awalan /me-/ itu tidak melesap atau luluh menjadi /m/, bukankah itu berarti kaidah kpst dilaksanakan tidak secara konsisten? Ini adalah tanyaan yang sangat logis, dan sebenarnya cukup sederhana—sekalipun jawabannya saya kira tidak bisa dibilang sederhana.

Tidak sederhana karena dua hal. Pertama, bagi saya jawaban atas tanyaan tadi tak cukup memuaskan bila dirumuskan dengan sepatah dua patah kata. Kedua, penjelasan mengenai persoalan klise ini tampaknya masih perlu terus-menerus didengungkan. Memadai, kurang, atau cukup, itu perkara lain. Terus-menerus, supaya norma ini menjadi kebiasaan sebagaimana para pengendara sepeda motor (dan pemboncengnya) mengenakan helm manakala melintasi jalan raya, atau lampu depan sepeda motor menyala di siang hari bila lewat di jalan raya.

Editor:
Bagikan