logo Kompas.id
Di Balik BeritaMenyelisik Kisah Pangan yang...
Iklan

Menyelisik Kisah Pangan yang Tak Ringan di Pulau Timor

Anak-anak di Pulau Timor banyak yang tidak mengenal lagi pangan lokal, lebih sering makan mi instan, nasi, dan biskuit. Kami menyusuri kota-kota di sana untuk memetakan akar masalahnya.

Oleh
AHMAD ARIF, Frans Pati Herin
· 1 menit baca
Seorang anak perempuan tengah menunggu ibunya berjualan sayur-mayur di Pasar Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Minggu (6/8/2023). Kota kecil berketinggian 800 meter di atas permukaan laut ini juga biasa disebut ”Kota Membeku” karena cuaca di kota ini jauh lebih dingin daripada kota lain di Pulau Timor. Kota Soe berjarak 110 kilometer dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Seorang anak perempuan tengah menunggu ibunya berjualan sayur-mayur di Pasar Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Minggu (6/8/2023). Kota kecil berketinggian 800 meter di atas permukaan laut ini juga biasa disebut ”Kota Membeku” karena cuaca di kota ini jauh lebih dingin daripada kota lain di Pulau Timor. Kota Soe berjarak 110 kilometer dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Masalah pangan di Indonesia lebih sering diwartakan dari perspektif ketersediaan pasokan beras hingga naik turun harga komoditas di pasaran. Kami melakukan perjalanan ke pulau-pulau kecil di Nusantara untuk menyelami interseksionalitas pangan dengan masalah kesehatan, budaya, serta tantangan perubahan iklim.

Perjalanan kami mulai dari Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Sabtu (5/8/2023), sebagai bagian dari upaya memetakan sistem pangan di pulau-pulau kecil. Peliputan ini merupakan rangkaian dari upaya kami sebelumnya dalam meliput masalah pangan di Kalimantan Tengah dan Merauke.

Editor:
SRI REJEKI
Bagikan