logo Kompas.id
Di Balik BeritaPerih Saat Menjadi ”Anak Buah ...
Iklan

Perih Saat Menjadi ”Anak Buah Kapal” Dadakan

Herman mulai gelisah melihat langit berangsur kelam. Rakit kami tak dilengkapi penerangan memadai. ”Alat penerangannya tidak cukup. Bisa membahayakan perjalanan. Rakit harus segera menepi di dusun terdekat,” katanya.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
· 1 menit baca
Tim Milir Berakit Sungai Batanghari mengayuhkan batang bambu agar rakit dapat melaju lebih cepat menuju hilir, Kamis (17/11/2022). Tanpa menggunakan bantuan mesin, rakit melaju pelan-pelan. Tim diperkirakan mencapai hilir dalam lima hari perjalanan.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Tim Milir Berakit Sungai Batanghari mengayuhkan batang bambu agar rakit dapat melaju lebih cepat menuju hilir, Kamis (17/11/2022). Tanpa menggunakan bantuan mesin, rakit melaju pelan-pelan. Tim diperkirakan mencapai hilir dalam lima hari perjalanan.

Perhentian masih jauh di depan. Namun, langit mulai gelap dan membuat kami jadi gelisah melihatnya. Pangayuh pun digerakkan lebih keras agar rakit melaju cepat.

Suatu hari pada awal November silam, seharian penuh kami susuri Sungai Batanghari dengan rakit. Sejak pagi, rakit itu nonstop melaju. Memang lajunya tak bisa cepat karena rakit tidak bermesin.

Editor:
SRI REJEKI
Bagikan