Membaca Diri Sendiri yang Banal
Berlelah-lelah menggali fakta di lapangan tanpa menuliskannya dengan menarik adalah sia-sia belaka. Kecemasan memikirkannya ditambah soal-soal lain di kepala, lantas mengantarkan saya ke psikolog...
"Kau tidak menulis, Pram. Kau berak!" kata Idrus kepada sastrawan terkemuka Pramoedya Ananta Toer saat keduanya pertama kali bertatap muka. Tanpa tendeng aling-aling dan dengan yakin, nukilan percakapan itu disampaikan oleh Pram sendiri dalam sebuah wawancara film dokumenter bertajuk Mendengar Si Bisu Bernyanyi yang diterbitkan Yayasan Lontar.
Bertahun-tahun kemudian, pada suatu malam, suara berat Pram dalam video—yang saya tonton berulang-ulang—terasa dekat di telinga. Saya lantas membaca kembali sejumlah reportase yang pernah saya tulis selama beberapa tahun ini menjadi wartawan. Suara Pram berubah menjadi suara saya dan berbicara kepada diri sendiri: “Kau tidak menulis, Sucipto…”