logo Kompas.id
Di Balik BeritaSaya Berbohong dan Kapolri Pun...
Iklan

Saya Berbohong dan Kapolri Pun ”Berbohong”

Menyimpan kebohongan itu terlampau berat. Jadi setelah 13 tahun berlalu, sebaiknya saya ungkapkan saja. Ini bukan kisah metafora. Ini bohong sungguhan. Saya membohongi Kapolri, lalu Kapolri ”membohongi” DPR.

Oleh
SARIE FEBRIANE
· 1 menit baca
Pekerja membersihkan puing-puing rumah yang hancur dalam penyergapan gembong teroris Noordin M Top beserta tiga anggota jaringannya, Senin (12/10/2009), di Kampung Kepuhsari, Mojosongo, Jebres, Solo, Jawa Tengah.
KOMPAS/SRI REJEKI

Pekerja membersihkan puing-puing rumah yang hancur dalam penyergapan gembong teroris Noordin M Top beserta tiga anggota jaringannya, Senin (12/10/2009), di Kampung Kepuhsari, Mojosongo, Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Menyimpan kebohongan dalam kerja jurnalistik itu terlampau berat. Jadi setelah 13 tahun berlalu, sebaiknya saya ungkapkan saja. Bukan, ini bukan kisah metafora. Ini bohong sungguhan. Saya membohongi Kapolri, lalu Kapolri ”membohongi” DPR di forum terbuka. Duh.

Dalam kisah ”Saya Noordin!” beberapa waktu lalu, saya ceritakan sepenggal pengalaman meliput penggerebekan sel jejaring teroris di perumahan Nusaphala di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, pada 8 Agustus 2009. Kejadian tersebut berbarengan dengan penggerebekan polisi antiteror (Densus 88) di Temanggung, Jawa Tengah, yang amat menghebohkan seantero negeri.

Editor:
SRI REJEKI
Bagikan