logo Kompas.id
Di Balik BeritaAcungan Senjata dan ”Rindu...
Iklan

Acungan Senjata dan ”Rindu Dendam” di Myanmar

Penjaga pos perbatasan berlari-lari sambil berteriak. Senjata laras panjang siaga di tangan dengan moncong terarah ke depan. Betapa sulitnya wartawan masuk ke Myanmar tahun 2007-2008, saat junta militer masih berkuasa.

Oleh
Fransisca Romana Ninik
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UAbwnMXEKYPJOAh589wqlzDWdLY=/1024x625/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2FUNJUK-RASA-DI-MYANMAR-3-06_1612619895.jpg
AP

Para biksu Buddha berpawai di sebuah jalan dalam rangka melanjutkan protes kepada pemerintahan militer Myanmar di Yangon, Senin (24/9/2007). Sekitar 100.000 orang melakukan protes yang dipimpin biksu Buddha yang membentuk barisan di urutan terdepan.

Pengambilalihan kekuasaan oleh junta militer Myanmar pada 1 Februari 2021 mengingatkan pengalaman betapa sulitnya wartawan masuk ke negara itu pada 2007-2008. Ketika itu, Myanmar tengah memberlakukan status keadaan darurat, sama seperti sekarang.

Pada 18 September 2007, ratusan biksu turun ke jalan menuju Pagoda Shwedagon di Yangon, ibu kota lama Myanmar. Mereka memprotes kenaikan gila-gilaan harga bahan bakar minyak.

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan