Iklan
Semangkok Mi dan Segelas Kopi di Saat Akhir Bersama Mbah Maridjan
Belum selesai saya menyantap pesanan makanan, terdengar sirene keras penanda Merapi erupsi. Saya segera meninggalkan makanan yang tak sempat saya habiskan itu karena Merapi keburu erupsi besar.
Masih segar di ingatan ketika Mbah Maridjan menoleh ke arah puncak Merapi yang tertutup mendung kelam. Hari itu, Selasa (26/10/2010) sekitar pukul 16.30.
Raut muka Mbah yang awalnya ceria mendadak berubah suram. ”Iya, kayane wis wektune,” gumamnya dalam bahasa Jawa yang artinya, ”Iya sepertinya ini sudah waktunya”.