logo Kompas.id
β€Ί
Di Balik Beritaβ€ΊMemotret Kekeringan di Gunung ...
Iklan

Memotret Kekeringan di Gunung Kidul, Berbuah Penghargaan WAN-IFRA

Keberadaan air yang sangat vital bagi kehidupan serta berbagai problematika yang menyertainya selalu menjadi salah satu obyek ketertarikan saya selama hampir 10 tahun berkarya sebagai pewarta foto di Harian Kompas. Meski bukan jadi tujuan akhir liputan saya, salah satu foto itu berbuah penghargaan internasional WAN-IFRA.

Oleh
Ferganata Indra Riatmoko
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Vw20P_4J0z2PNVNKZr9ZLPW6aWE=/1024x628/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F04%2FDRA-DI-Balik-Berita-Foto-AIR-5.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Warga mengambil air dari cerukan yang dibuat di dasar Telaga Banteng, Desa Melikan, Rongkop, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (10/9/2015). Sejak sebulan terakhir, warga harus melakukan hal itu untuk memperoleh air karena telaga tersebut mengering. Warga memperkirakan air di dasar telaga tersebut masih tersedia hingga sekitar satu minggu lagi dan sesudah itu mereka harus sepenuhnya tergantung dengan air yang dibeli dengan harga Rp 120.000 per tangki ukuran 5.000 liter.

Keberadaan air yang sangat vital bagi kehidupan serta berbagai problematika yang menyertainya selalu menjadi salah satu obyek ketertarikan saya selama hampir 10 tahun berkarya sebagai pewarta foto di harian Kompas. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melestarikan air serta menggunakan sumber daya itu secara bijak diyakini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui karya jurnalistik.

Semenjak bertugas di Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 2008, saya kerap melakukan liputan di daerah yang hampir setiap tahun mengalami kekeringan, yakni di Kabupaten Gunung Kidul. Wilayah yang berbatasan dengan Laut Selatan itu kerap didera kekeringan saat kemarau dengan salah satu wujudnya berupa mengeringnya sejumlah telaga yang menjadi andalan warga.

Editor:
Bagikan