Desa Budaya
Harmoni Bahari dan Gunung Desa ”Piring Matahari”
Hampir mustahil bagi orang Lamalera bercocok tanam di tanah penuh batu dan karang. Itu alasan mereka memburu ikan paus.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F28%2Fbca2c87a-29d9-4162-a517-ff95882c5d89_jpg.jpg)
Mama-mama melakukan kegiatan barter di Desa Lamalera A, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Rabu (22/11/2023). Tradisi barter bagi masyarakat Lamalera disebut panetang atau fule peneta yang sudah berlangsung selama ratusan tahun silam.
Orang Lamalera kisahnya mendunia sebagai pemburu paus ulung. Namun, ketekunan sebagian warga yang piawai bercocok tanam di lahan tandus menjadi ketangguhan lainnya. Lewat fule peneta, kekuatan mereka tersaji untuk saling menghidupi “piring matahari”.
Lamalera, desa di ujung selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, itu memiliki arti ”piring matahari”. Nama itu disematkan para nenek moyang mereka untuk menggambarkan betapa susahnya hidup di tanah yang penuh batu dan karang, di bawah sengatan matahari, dan ganasnya Laut Sawu.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 13 dengan judul "Harmoni Bahari dan Gunung Desa ”Piring Matahari”".
Baca Epaper Kompas