Menanti Kembali Lahirnya Juara Baru Borobudur Marathon
Kelahiran juara baru di Borobudur Marathon, terutama kategori maraton nasional, menarik untuk dinantikan. Pelari debutan dan juara bertahan siap memanaskan persaingan.
MAGELANG, KOMPAS — Selain edisi 2018 di bagian putra dan 2022 di bagian putri, Borobudur Marathon selalu melahirkan juara baru untuk kategori maraton nasional. Pada Borobudur Marathon 2023, peluang munculnya juara baru pun terbuka. Apalagi, beragam faktor membuat persaingan akan memanas.
Lebih dari 10.000 pelari akan mengikuti Borobudur Marathon 2023 yang dimulai dari Taman Lumbini, kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 19 November 2023. Sebanyak 1.663 pelari di antaranya mengikuti kategori maraton. Dari jumlah itu, 13 pelari elite putra dan lima pelari elite putri akan turut mewarnai persaingan di kategori nasional.
Pada kategori ini, salah satu faktor yang memanaskan persaingan ialah tekad kuat dari pelari debutan. Rikki Marthin Luther Simbolon, misalnya, menargetkan untuk naik podium pada kali pertamanya berpartisipasi di Borobudur Marathon. Rikki termotivasi setelah mencapai personal best atau catatan waktu terbaik, yakni 2 jam 29 menit 56 detik pada Jakarta Marathon, Oktober 2023.
Baca juga: ”Personal Best” Maraton Putra-Putri Pun Belum Berbuah Medali
”Persiapannya memang menjadi lebih singkat karena waktu perlombaan berdekatan dengan perlombaan sebelumnya. Otot saya belum pulih sebelumnya. Namun, saya optimistis kembali bisa menampilkan yang terbaik dan menjadi juara,” kata Rikki, ditemui setelah konferensi pers Borobudur Marathon 2023, Sabtu (18/11/2023).
Catatan waktu terbaik Rikki memang belum melampaui rekor milik pelari maraton terbaik Indonesia, Agus Prayogo, dengan 2 jam 20 menit 53 detik. Namun, personal best pelari berusia 28 tahun ini melewati catatan waktu Agus ketika meraih gelar juara Borobudur Marathon 2021, yakni 2 jam 32 menit 21 detik.
Pada suatu kesempatan, Agus pernah mengatakan, Rikki berpotensi menjadi pelari maraton terbaik Indonesia sekaligus menjadi penerusnya. Dengan kehadiran Rikki, Agus bahkan meyakini bisa pensiun dengan tenang nantinya. Sanjungan dari Agus itu juga menambah semangat Rikki untuk konsisten beralih spesialisasi dari 10.000 meter ke maraton. Rikki merupakan peraih medali emas untuk nomor lari 10.000 meter putra di SEA Games Kamboja 2023.
Di sisi lain, Agus yang kembali mengikuti Borobudur Marathon tahun ini juga mengaku tidak dalam kondisi terbaik. Sepanjang tahun ini, Agus sudah mengikuti dua kejuaraan besar, yakni SEA Games Kamboja 2023 saat dia meraih medali emas dan mencatat personal best di Asian Games Hangzhou 2022.
Baca juga: Borobudur Marathon Menuju Level Dunia
”Saya senang bisa berpartisipasi di Borobudur Marathon lagi. Mungkin sulit mencapai waktu terbaik setelah tahun ini mengikuti SEA Games Kamboja dan Asian Games Hangzhou, tapi saya akan berusaha yang terbaik, yang pasti memeriahkan lomba” ujar Agus.
Hal serupa disampaikan pelari elite putri, Odekta Elvina Naibaho, yang juga telah menjalani SEA Games Kamboja 2023 dan Asian Games Hangzhou 2022. Di Kamboja, Odekta meraih medali emas, sedangkan di Hangzhou mencatatkan waktu terbaik dengan 2 jam 37 menit 51 detik. Idealnya, kata Odekta, pelari maraton maksimal berlari dua kali setahun dalam lomba maraton kompetitif untuk memberi waktu tubuh memulihkan diri.
Persiapannya memang menjadi lebih singkat karena waktu perlombaan berdekatan dengan perlombaan sebelumnya. Namun, saya optimistis kembali bisa menampilkan yang terbaik dan menjadi juara. (Rikki Simbolon)
Dengan demikian, Odekta tidak berpikir banyak untuk memperbaiki catatan waktu pribadi. Selain karena sudah dua kali ikut maraton tahun ini dan tidak melakukan persiapan khusus, ada beberapa faktor yang membuat sulit mencatat waktu terbaik di Borobudur Marathon.
Tantangan 30 kilometer
Menurut Odekta, Borobudur Marathon memiliki lintasan lari yang menantang karena diwarnai tanjakan dan turunan serta melewati jalan perdesaan. Selain itu, cuaca panas dan kelembaban yang cukup tinggi menjadi tantangan yang harus diatasi pelari, terutama selepas 30 kilometer.
”Setelah 30 kilometer, sel otot tubuh mulai mengalami kelelahan sehingga biasanya perlombaan menjadi lebih berat. Dari kami berlima, siapa saja bisa menjadi juara. Buat saya, yang penting bisa menyelesaikan lomba sampai finis dengan baik,” tutur Odekta.
Pelari putri lainnya, Pretty Sihite, mengamini bahwa tantangan berat memang muncul selepas kilometer ke-30. Walakin, Pretty memiliki persiapan yang lebih matang ketimbang Odekta. Berbeda dengan Odekta, Pretty baru akan menjalani perlombaan maraton pertamanya tahun ini di Borobudur Marathon.
Baca juga: Yang Muda yang Siap Berlari dengan Gembira
Pretty selalu senang mengikuti Borobudur Marathon, apalagi berbekal dua kali menjadi juara kategori nasional pada Borobudur Marathon 2020 dan 2022. Catatan waktu terbaiknya juga didapat pada Borobudur Marathon 2020, saat lomba dilaksanakan dengan sistem gelembung pada masa pandemi Covid-19 di Taman Lumbini, yakni 3 jam 11 menit 51 detik.