PEKERJA MIGRAN
Pekerja Migran, ”Pelita” Baru bagi Sesama
Nasib pekerja migran Indonesia tak selalu berakhir merana. Ada yang berhasil di perantauan dan pulang membawa kesejahteraan, bahkan ada pula yang menjadi ”pelita” bagi sesama.

Anak-anak berkumpul di halaman pesantren Baitussalam, Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebelum pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Pesantren ini mendapatkan donasi dari pekerja migran dari berbagai negara. Alhasil mereka bisa bersekolah gratis.
Tiga lantai bangunan pesantren NU Terpadu Baitussalam berdiri kokoh di tengah perkampungan di Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, di tempat itu, ratusan santri dari keluarga yang tak mampu dapat belajar dan mengaji berkat donasi dari pekerja migran Indonesia dari berbagai negara.
Pesantren itu bernama Baitussalam yang berarti rumah kedamaian. Di dalamnya ada dua sekolah, yakni SMP NU Terpadu dan Madrasah Aliyah (MA) setara SMA. Seperti halnya pondok pesantren pada umumnya, setiap pagi para santri mengikuti pelajaran sekolah dan pada sore hari mereka belajar mengaji. Tempat tinggal, makan, dan kebutuhan pendidikan disediakan di sini.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Jalan Tenang Mencari Cuan di Negeri Orang".
Baca Epaper Kompas