logo Kompas.id
Bebas AksesNi Ketut Nepa, Tarian Terakhir...
Iklan

Ni Ketut Nepa, Tarian Terakhir dari Rahim Pedusunan

Berko mungkin sekali berasal dari kata “bero-bero neko” atau suara fals yang tiba-tiba. Ini memang laras pada gamelan berko yang disusun dari bilah-bilah bambu. “Dulu jumlah anggota sekehe bisa sampai 60 orang," katanya.

Oleh
PUTU FAJAR ARCANA
· 1 menit baca
Penari berko tua bernama Ni Ketut Nepa kini berusia lebih dari 100 tahun, Rabu (12/1/2022). Ia menjadi generasi pertama yang menguasai tari berko dari Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali.
KOMPAS/PUTU FAJAR ARCANA

Penari berko tua bernama Ni Ketut Nepa kini berusia lebih dari 100 tahun, Rabu (12/1/2022). Ia menjadi generasi pertama yang menguasai tari berko dari Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali.

Cuaca sore itu tak begitu baik. Gerimis yang turun membuat jalan setapak di bawah hutan jati kecil menjadi sangat licin. Ni Ketut Nepa, yang usianya lebih dari 100 tahun, berjalan tertatih-tatih. Tubuhnya yang kecil dan ringkih ditopang tongkat dari kayu yang telah bertahun-tahun menemaninya.

Dengan kebaya warna merah muda dan kemben batik coklat bercorak klasik, penari sepuh ini secara perlahan membasuh kaki setibanya di bak penampungan air. “Tiang baru menghadiri upacara pernikahan cucu,” katanya seolah memberi kabar. Dalam usia yang sangat uzur, Nepa masih sanggup berjalan, naik turun bukit-bukit kecil di sekitar rumahnya.

Editor:
MARIA SUSY BERINDRA, PUTU FAJAR ARCANA, DAHONO FITRIANTO
Bagikan