Ni Ketut Nepa, Tarian Terakhir dari Rahim Pedusunan
Berko mungkin sekali berasal dari kata “bero-bero neko” atau suara fals yang tiba-tiba. Ini memang laras pada gamelan berko yang disusun dari bilah-bilah bambu. “Dulu jumlah anggota sekehe bisa sampai 60 orang," katanya.
Cuaca sore itu tak begitu baik. Gerimis yang turun membuat jalan setapak di bawah hutan jati kecil menjadi sangat licin. Ni Ketut Nepa, yang usianya lebih dari 100 tahun, berjalan tertatih-tatih. Tubuhnya yang kecil dan ringkih ditopang tongkat dari kayu yang telah bertahun-tahun menemaninya.
Dengan kebaya warna merah muda dan kemben batik coklat bercorak klasik, penari sepuh ini secara perlahan membasuh kaki setibanya di bak penampungan air. “Tiang baru menghadiri upacara pernikahan cucu,” katanya seolah memberi kabar. Dalam usia yang sangat uzur, Nepa masih sanggup berjalan, naik turun bukit-bukit kecil di sekitar rumahnya.