logo Kompas.id
β€Ί
Bebas Aksesβ€ΊDarurat Pendidikan, Anak...
Iklan

Darurat Pendidikan, Anak Miskin Semakin Tertinggal Pelajaran Selama Pandemi

Pandemi membawa dampak besar bagi penduduk dunia, termasuk Indonesia. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah terganggunya pembelajaran dengan korban paling rentan anak-anak keluarga miskin dan terpelosok.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kinGEIJRY5ZcD0WdFQaxZr16YX0=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F6e4ff9b6-e6e7-4c1d-aed0-2f1760bc130f_jpg.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Pelajar dari berbagai jenjang sekolah mengerjakan tugas dalam pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) menggunakan fasilitas Wi-Fi gratis di balai warga RW 005 Kelurahan Kuningan Barat, Jakarta Selatan, Jumat (28/8/2020). Pengurus kelurahan menyediakan fasilitas akses internet melalui Wi-Fi secara gratis untuk memudahkan siswa mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara daring.

Laporan terbaru Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak atau Unicef mengungkap setidaknya sepertiga atau 31 persen anak sekolah di seluruh dunia kesulitan mengakses pembelajaran jarak jauh selama sekolah ditutup pada masa pandemi Covid-19. Dari laporan tersebut disebutkan bahwa anak-anak usia sekolah yang paling mungkin tertinggal pelajaran berasal dari rumah tangga termiskin dan tinggal di kawasan perdesaan.

Dari hasil survei Unicef yang diluncurkan Kamis (27/8/2020) terungkap ada sekitar 463 juta anak yang tidak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Henrietta Fore, Direktur Eksekutif Unicef, mengingatkan, jumlah besar anak yang pendidikannya terhenti selama berbulan-bulan dan tanpa kepastian menunjukkan situasi darurat di sektor pendidikan.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan