Melawan Dehumanisasi, Krisis Lingkungan, dan Perubahan Iklim
Krisis lingkungan, krisis sosial, dan perubahan iklim lahir dari cara berpikir pemangku kebijakan yang menyimpang dalam menarasikan pembanguan ke dalam konsep lingkungan hidup yang adil dan lestari.
Di Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2022, ini kita dihadapkan pada persoalan krusial yang berkaitan dengan penurunan kualitas kepekaan sosial dan lingkungan yang berpengaruh terhadap keselamatan warga dan ruang hidupnnya. Isu perubahan iklim telah memasuki masa kritis. Cuaca ekstrem, pemanasan global, kekeringan, hujan yang tidak menentu disertai dengan angin yang kencang, serta banjir menandakan bumi kita semakin rapuh akibat berbagai aktivitas manusia dan kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan.
Cara pandang konsep pembangunan hari ini ini telah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Orientasi manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik juga dapat berpengaruh besar karena cara pandang manusia tentang sistem lingkungannya memiliki andil yang besar terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini. Ini diperkuat dengan pandangan beberapa ahli, seperti White (1967) dan Ravest (1971), yang melihat adanya pandangan dikotomi yang memandang alam sebagai bagian terpisah dari manusia dan paham antroposentris yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam mempunyai peran besar terjadinya kerusakan lingkungan.