Paradigma Merton dan ”Apa Saja Boleh”-nya Feyerabend
Hasil penelitian di bidang biomedis sebaiknya lolos saringannya mitra-mitra bestari (”peer reviewers”) yang bertindak sebagai ”penjaga palang pintu” jurnal top, seperti ”Lancet”.
Artikel opini Rochman Achwan (”Kolonialisasi Ilmu”, Kompas, 17/5/2022) bagus dan cukup berimbang. Ia termasuk dalam ”kita” yang dikatakannya terkejut oleh reaksi politisi dan unsur-unsur masyarakat atas pemecatan dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan di IDI. Di lain pihak, ia menilai ilmuwan kedokteran (Indonesia?) tidak terdorong untuk menerbitkan karya ilmiahnya di jurnal top internasional karena publikasi di jurnal medioker saja sudah diakui.
Ia menyebut CUDO sebagai ”ideologi” dan (bahkan) ”konstitusi” dunia ilmu di muka Bumi. CUDO ialah akronim untuk communalism, universalism, disinterested (sic), dan organized scepticism (sic). (”sic” dalam kurung adalah tambahan saya/penulis sebab scepticism seharusnya dieja dengan ”k” sesudah ”s”-awal, dan ”disinterested” seharusnya ditulis ”disinterestedness”). Disinterestedness juga sering disebut Detachment. Di kuliah Filsafat Ilmu, saya memadankan ”disinterestedness atau detachment” itu dengan ”pasang jarak”.