Membangun Religiositas Humanis, Menuju Altruisme
Setiap insan yang mengaku beragama dalam realitas kehidupan sehari-hari seharusnya lebih dewasa, toleran, humanis. Dalam menghadapi perbedaan tafsir dan kebenaran di masyarakat diharapkan tak melampaui wewenang Tuhan.
Banalitas kekerasan dan konflik, atas nama apa pun, tidaklah dibenarkan dan perlu dilawan. Terlepas perdebatan yang terjadi di antara para ahli—apakah kekerasan disebabkan oleh ketimpangan sosial-politik antarkelas yang menganga lebar atau sebagai manifestasi fanatisme, rasialisme, dan salah tafsir agama—jelas sekali keduanya sama-sama sangat berpotensi menyulut dan melestarikan berbagai bentuk kekerasan.
Munculnya tren narasi kebencian, saling menghina, dan suka menghakimi antarkelompok menyeruak di ruang-ruang publik belakangan ini. Semua itu dibalut dengan baju agama dan menggunakan stempel kebenaran masing-masing. Benar-benar bisa jadi malapetaka, penyebab ambruknya modal sosial, kultural, dan merosotnya kehidupan demokrasi.