Modal Mencegah Teologi Kebencian
Agama sering kali dipahami secara keliru. Kekeliruan itu membuat agama menjadi gelap dan berbahaya. Ramadhan ini sebagai momentum untuk melakukan mawas diri, berharap dapat menghadirkan wajah agama yang lebih sejuk.
”Berbicara mengenai agama bagaikan berbicara tentang suatu yang paradoks. Di satu sisi, agama memang sebagai jalan untuk keselamatan dan perdamaian. Namun, di sisi lain, agama justru menjadi sumber kehancuran dan kemalangan. Karena agama, orang bisa saling mencinta. Namun, atas nama agama pula, orang bisa saling membunuh dan menghancurkan” (Sindhunata dalam Kimball, 2003; 13).
Sepenggal kalimat dari Sindhunata di atas cukup menggambarkan keadaan agama belakangan ini. Agama dihadapkan satu realitas sosial yang tampak bertentangan. Di satu sisi, ia sebagai sumber nilai luhur untuk kebaikan, tetapi di sisi yang lain justru menjadi sumber kebencian di antara sesama. Relitas ini memang diakui bukan karena agamanya, melainkan karena pemeluknya atas tarsir terhadap ajaran yang diterimanya.