logo Kompas.id
›
Artikel Opini›Lebaran Ini Saya Harus Pulang
Iklan

Lebaran Ini Saya Harus Pulang

Setelah dua tahun tidak mudik karena pandemi, akhirnya tahun ini banyak masyarakat yang bisa mudik Lebaran. Sejatinya, belajar dari cerpen Umar Kayam, tidak mudik jadi kesempatan untuk diterima, bahkan harus dirayakan.

Oleh
STEVANUS SUBAGIJO
· 1 menit baca
-
DIDIE SW

-

Dua tahun berturut-turut mudik Lebaran dilarang karena pandemi. Jauh sebelum itu dalam benak masyarakat, tidak mudik dimaknai sebagai fakta kalah, kecil, pahit, dan kesedihan yang harus diterima.

Tidak mudik sudah menjadi realitas masyarakat yang terekam jejak fiksinya pada cerita pendek. Di tangan pengarang ’spesialis Lebaran’ Umar Kayam (1932-2002), tidak mudik bukan fakta kecil, pinggiran, marjinal, dan kalah. Tampak luar mungkin seperti itu, tetapi di dalamnya fakta mulia, seperti kebesaran jiwa, keikhlasan hati, diri tegar, menang di hari Lebaran, bahkan masih berbuat kebaikan, harus dirayakan. Tidak mudik tidak otomatis tenggelam dalam riuh eksodus akbar yang menjadi harapan publik menjelang Lebaran.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan