logo Kompas.id
β€Ί
Artikel Opiniβ€ΊKrisis Iklim dan Perubahan...
Iklan

Krisis Iklim dan Perubahan Sistem

Kapitalisme sebagai biang keladi krisis ekologi dan kini bencana iklim memukul balik kapitalisme. Karena itu, perlu perubahan sistem dari kapitalis ke arah eko-sosialisme demokratis.

Oleh
UNTUNG WIDYANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9CcoETRzxFa5Z4r_zWElfE4UcUc=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F21%2F78c23428-2f31-489d-89d5-07c5fecba47d_jpg.jpg

Dampak perubahan iklim makin menyengsarakan umat manusia. Pada 2050, sekitar 34 persen orang Indonesia diprediksi bakal hidup dengan kelangkaan air dibandingkan dengan 14 persen kondisi saat ini. Pada sektor pertanian, akan ada penurunan 6 persen produksi beras. Karena suhu makin panas, ikan-ikan akan berpindah dari wilayah tropis, dan mengurangi pendapatan Indonesia dari penangkapan ikan sebesar 24 persen.

Di Asia Tenggara, 99 persen terumbu karang akan mengalami pemutihan dan mati pada 2030 dan 2050. Di seluruh dunia, bakal ada kelangkaan air berkepanjangan bagi 3 miliar penduduk (sekitar 42 persen populasi global saat ini) di kawasan subtropis dan kehilangan 50 persen spesies flora dan fauna, dan lainnya. Gambaran buram ini terdapat dalam laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), badan yang dibentuk PBB untuk mengkaji secara ilmiah perubahan iklim, yang dirilis pada 28 Februari 2022.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan