logo Kompas.id
β€Ί
Artikel Opiniβ€ΊDi Bawah Bendera Demokrasi
Iklan

Di Bawah Bendera Demokrasi

Transisi dan konsolidasi demokrasi memang harus melalui jalan sulit dan berliku, memerlukan kesabaran revolusioner. Kuantitas dan kualitas habitus demokrasi menentukan keberlanjutan transformasi lembaga dan regulasi.

Oleh
M FADJROEL RACHMAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/XSzi3JTqMe6ZMfxw0moJIbLQdlg=/1024x768/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F17%2Faaf09e00-1278-42d1-b7e1-f4d39de1719b_jpg.jpg

Mungkinkah demokrasi berakhir? Sangat mungkin! Tak hanya sejarah dunia memberikan contoh kekuasaan yang menghabisi demokrasi seperti Hitler di Jerman, Mussolini di Italia, Franco di Spanyol, Pol Pot di Kamboja, dan yang lainnya. Mengguntur teriakan Il Duce Mussolini, ”Tidak ada kompromi antara totaliterisme dan demokrasi!” (Packard, 2003).

Ideologi penghancur demokrasi umumnya bersumber dari ideologi ekstrem kiri dan kanan di berbagai belahan dunia, juga para pihak yang menjadikan demokrasi sekadar alat meraih kekuasaan politik dan ekonomi.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan