logo Kompas.id
β€Ί
Artikel Opiniβ€ΊCitra Perempuan dan Cinderella
Iklan

Citra Perempuan dan Cinderella

Semangat Hari Perempuan Internasional hendaknya dilihat sebagai upaya untuk mengubah basis ekonomi, politik, dan sosial budaya masyarakat patriarki. Perubahan yang terjadi selama ini masih semu.

Oleh
ANINDITA S THAYF
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/qTzPGmPv84nkMFSKKjBqhbXYHXE=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F17%2Fbe81b173-3655-426f-b090-94c960057169_jpg.jpg

Tineke Hellwig, kritikus feminis berdarah Indonesia-Belanda, pernah melakukan sebuah penelitian menarik. Dia melakukan pembacaan atas 28 karya sastra Indonesia, yang diterbitkan dalam rentang waktu lima dekade (1937-1987), demi mengetahui posisi perempuan (Indonesia) kala itu. Apakah modernisasi, juga perubahan sosial, ekonomi, dan politik, telah mampu mendatangkan perbaikan nasib dan kehidupan bagi perempuan? Hasilnya cukup mengecewakan Tineke. Perempuan ternyata masih terikat kuat pada belenggu patriarki. Bagaimana dengan perempuan zaman sekarang?

Pergantian abad telah membawa seisi dunia pada kehidupan yang lebih canggih dan modern. Bahkan, benda sekecil telepon telah bertransformasi sedemikian rupa hingga naik kelas, jauh berubah daripada apa yang kita kenal puluhan tahun lampau. Ironisnya, hal serupa tidak dialami perempuan. Tak perlu membaca puluhan karya sastra demi mengetahuinya. Cukuplah mengambil satu contoh yang dianggap mampu mewakili semua itu, yaitu (cerita) Cinderella.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan