logo Kompas.id
β€Ί
Artikel Opiniβ€ΊNyepi dan Kompleksitas Manusia
Iklan

Nyepi dan Kompleksitas Manusia

Hari raya Nyepi diartikan sebagai saat berhenti dari segala macam kegiatan, dikonsepkan dengan empat pantangan yang disebut Catur Brata. Nyepi juga perjuangan untuk kehidupan secara lebih baik dan memelihara daya.

Oleh
GPB SUKA ARJAWA
Β· 1 menit baca
Heryunanto

Masyarakat Hindu Indonesia merayakan Hari Nyepi, Saka 1944, pada Kamis 3 Maret 2022. Secara tradisional hari raya ini diartikan sebagai saat berhenti dari segala macam kegiatan, dikonsepkan dengan empat pantangan yang disebut Catur Brata, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungaan (tidak bepergian), amati karya (tidak berkegiatan) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). Berdiam diri di rumah menjadi terjemahan sederhana dari pantangan tersebut.

Sejak dekade 1980-an, sehari menjelang Nyepi, di hari Pengerupukan, masyarakat Hindu Bali melaksanakan pawai ogoh-ogoh (boneka raksasa simbol kekuatan jahat). Boneka ini kemudian dibakar. Pawai ini sebenarnya merupakan strategi alternatif untuk menghindari anak-anak menggunakan mercon bambu berbahan bakar minyak tanah.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan