logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊKomunikasi Kebajikan dalam...
Iklan

Komunikasi Kebajikan dalam Spirit Ramadhan

Memasuki bulan suci Ramadhan kita diajak agar lebih banyak mendengarkan. Menahan diri di bulan Ramadhan berarti berinstrospeksi. Menanggalkan perkataan-perkataan yang sia-sia dan menjauhkan diri dari kebencian.

Oleh
WIDODO MUKTIYO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/4nOqSSm_fbOaTIiAPy461n3JAIE=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2Fe462f92e-8f4e-49da-a8a6-2b9edb2a3437_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Warga melakukan ibadah shalat Tarawih di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Senin (12/4/2021). Masjid tersebut menggelar shalat Tarawih pada bulan Ramadhan 1442 Hijriah dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dan pembatasan jumlah umat maksimal 600 orang. Warga yang diperbolehkan menunaikan shalat di masjid itu selama pandemi ini hanya warga yang bertempat tinggal di sekitar masjid tersebut.

Sudah dua hari kita menjalani bulan suci Ramadhan. Keutamaan dan kemuliaannya membuat setiap Ramadhan selalu terasa istimewa. Di tengah pandemi dan upaya-upayanya, di tengah keriuhan/kegaduhan dan ketegangan, paradoks-paradoks, serta kelogisan nalar untuk tetap berjuang dalam mewujudkan cita-cita negara, sepertinya Ramadhan 1442 H adalah momen penting untuk menahan diri.

Tidak berkata-kata, kecuali yang baik-baik. Tidak pat gulipat dan manuver sana atau sini, yang memicu urat leher menjadi kencang dan panas. Pun kerumunan-kerumunan yang menimbulkan kluster penularan baru. Sebagai penghormatan terhadap kemuliaan bulan suci kali ini sudah sepatutnya kita menahan diri terhadap ucapan dan tindakan yang sia-sia dan tidak perlu.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan