logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊRevolusi Puskesmas
Iklan

Revolusi Puskesmas

Sejarah puskesmas adalah layanan kesehatan primer dengan program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP). Namun dualisme UKM-UKP Puskesmas tidak juga mengindikasikan hasil memuaskan.

Oleh
Ahmad Fuady
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/F0bLzltcZfBrs_rRbTBrDpiRMyA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2F517744e8-c05a-49a9-916f-e4646a7be9bd_jpg.jpg
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Terawan Agus Putranto mengunjungi salah satu Posyandu di Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis (5/12/2019). Desa Kuripan merupakan salah satu desa yang mendapatkan Program PKDT di bidang kesehatan lingkungan dari pemerintah. Program itu merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menekan angka tengkes (stunting) yang ditargetkan bisa berada di bawah 20 persen pada 2024.

Pada awal masa jabatannya, Menteri Kesehatan Terawan mengatakan bahwa puskesmas harus dikembalikan kepada fungsi fitrahnya sebagai lembaga promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Dengan begitu, beban defisit dana sosial kesehatan BPJS Kesehatan dapat ditekan.

Janji ini sebenarnya bukan langkah baru. Hampir tiap tahun muncul seruan untuk mendorong upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit oleh Puskesmas, tetapi selalu berujung pada slogan. Tanpa strategi yang jelas dan terukur, Puskesmas akan terus bertungkus lumus (tenggelam) dalam rutinitas.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan