Mahasiswa Antusias Kawal Pemilu 2024
Mahasiswa antuasis mengawal Pemilu 2024, baik sebagai petugas KPPS maupun menjadi pengawas.
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah mahasiswa yang bertugas di tempat pemungutan suara lokasi khusus Universitas Gadjah Mada antusias mengawal pemilu tahun ini. Mereka ingin memastikan agar pemilu berjalan dengan baik, tenang, dan damai.
Rafli (20), Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 902, TPS lokasi khusus di Asrama Ratnaningsih 1 di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, mengatakan, sejak semula, dirinya sangat antusias mendaftar karena pemilu menjadi pengalaman barunya. Ia juga bisa mempraktikkan langsung ilmu yang didapatkannya dari bangku kuliah di Fakultas Hukum UGM.
”Saya merasa aktivitas pemungutan suara menjadi praktik belajar yang selayaknya dilakukan karena, ke depan, saya sendiri memang tertarik untuk lebih mendalami tentang hukum tata negara,” ujar mahasiswa semester empat Fakultas Hukum UGM ini saat ditemui, Selasa (13/2/2024).
Rafli mengetahui, pada 2019 lebih dari 800 petugas KPPS meninggal. Namun, fakta itu justru membuatnya penasaran, ingin tahu lebih jauh seberapa berat sebenarnya tugas-tugas yang dihadapi KPPS.
Saya ingin mengawal pelaksanaan pemilu supaya tetap lancar dan damai.
Tahun ini, juga menjadi tahun perdana bagi Rafli untuk memilih. Oleh karena itu, dia pun ingin berkontribusi agar proses pemilihan, setidaknya di satu TPS, bisa berlangsung baik-baik saja. ”Saya ingin mengawal pelaksanaan pemilu supaya tetap lancar dan damai,” ujarnya.
Afifah Nur Ufairoh (21), salah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM, mengatakan, dirinya ingin terlibat sebagai petugas KPPS karena sekadar ingin merasakan pengalaman baru.
”Saya ingin merasakan pengalaman berbeda, seperti apa rasanya ikut terlibat dalam aktivitas pemungutan suara,” ujar Afifah, Ketua KPPS di TPS lokasi khusus, TPS 904, di Asrama Ratnaningsih Kinanti 3 di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Sementara itu, AL Carhesa Gilmore (20), mahasiswa Fakultas Pertanian UGM, kini terlibat sebagai anggota tim pengawas independen dari UGM, yang bertugas mengawasi TPS lokasi khusus, yakni TPS 901 di Asrama Ratnaningsih Kinanti 1.
Salah satu faktor yang mendorong keterlibatannya sebagai pengawas adalah memastikan pemilu berjalan baik-baik saja.
”Sebenarnya saya berharap pemilu berjalan baik-baik saja, tetapi semakin ke sini saya justru makin khawatir karena berbagai kecurangan dan pelanggaran semakin berpotensi tinggi terjadi,” ujarnya.
Dia pun merasa kecurangan dan pelanggaran berisiko terjadi dan dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh petugas KPPS. Carhesa menuturkan, jika misalnya ada pemilih yang sengaja mencoblos surat suara pilpres tepat di bagian tengah antara pasangan nomor urut 1 dan 2 atau antara pasangan nomor urut 2 dan 3, surat suara semestinya dianggap sebagai suara tidak sah. Namun, di tingkat KPPS, yang melakukan penghitungan, surat suara tersebut bisa dianggap sebagai perolehan suara untuk salah satu pasangan calon.
Baca juga: Pemilih Pemula Gen Z, Antusias tapi Bingung
Sadar bahwa semua pemilih yang akan dihadapi adalah mahasiswa yang sangat akrab dengan media sosial, para mahasiswa yang menjadi petugas KPPS tersebut berencana menetapkan aturan ketat perihal penggunaan telepon selular.
”Agar tidak sembarangan memotret atau merekam aktivitas atau hasil coblosan di bilik suara, kami akan melarang pemilih membawa telepon selular di bilik suara,” ujar M Asri, Ketua KPPS TPS 901.
Potensi merekam aktivitas di bilik sangatlah besar terjadi, sementara di satu sisi aktivitas di bilik suara, sesuai aturan KPU, menjadi aktivitas yang wajib dirahasiakan.
Hal serupa juga akan dilakukan di TPS 902. Nantinya disediakan tempat khusus untuk meletakkan telepon selular, sesaat ketika akan mencoblos.
TPS lokasi khusus menjadi wujud bentuk kesiapan UGM untuk mendukung pelaksanaan pemilu dengan menjadi penyelenggara pemilu di dalam kampus. Jumlah TPS lokasi khusus yang didirikan ada sembilan TPS yang tersebar di lima lokasi dekat dengan asrama-asrama mahasiswa. Total jumlah pemilih yang akan dilayani mencapai 2.611 orang, yang berasal dari UGM, dan 12 perguruan tinggi lainnya di DI Yogyakarta.
Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan UGM Hempri Suyatna mengatakan, selain mendirikan TPS, UGM juga membentuk tim pengawas independen yang bertugas di masing-masing TPS. Total pendaftar pengawas terdata 273 orang, sedangkan yang lolos seleksi dan diterjunkan mengawal pemilu sebanyak 36 orang.
Baca juga: Ajakan Mengawasi Pemilu Jujur dan Adil Makin Bergaung dari Kampus
Hempri menuturkan, antuasisme mahasiswa untuk terlibat dalam pemilu, termasuk menjadi pengawas independen, sangatlah luar biasa. ”Para mahasiswa memiliki motivasi tinggi untuk menjaga agar demokrasi mampu berjalan baik,” ujarnya.