logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊPengalaman Diplomasi Berliku...
Iklan

Pengalaman Diplomasi Berliku Mencari Vaksin

Pandemi menyadarkan dunia soal ketidaksetaraan akses vaksin. Perbaikan arsitektur kesehatan global diharapkan bisa mengakhiri ketidaksetaraan itu. Ini salah satu misi kepresidenan G-20 Indonesia.

Oleh
Mahdi Muhammad dan Deonisia Arlinta
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2tO6NWbTSWsZ_QBKDrGr9kp99XM=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2FSAFRICA-HEALTH-VIRUS-VACCINES_100796098_1642091460.jpg
AFP/LUCA SOLA

Seorang anak laki-laki menerima suntikan vaksin Covid-19 di Sandton, Johannesburg, Afrika Selatan, 15 Desember 2021.

Pergantian tahun 2020 baru saja lewat ketika terdengar kabar tentang penyakit baru yang belum diketahui namanya melanda Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Ratusan orang terpapar penyakit itu. Bahkan, ada yang meninggal. Waktu seolah berjalan lebih cepat dari biasanya. Pertengahan Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan penyakit misterius itu, yang kemudian dikenal sebagai Covid-19, sebagai pandemi.

Penny Dewi Herasati, diplomat yang saat ini menjabat Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri,  ingat betul situasi kepanikan kala itu. Semua panik.  Harga resmi satu boks masker isi 50 lembar yang biasanya tak sampai Rp 40.000 tiba-tiba meroket tajam hingga beberapa kali lipat.

Editor:
Muhammad Samsul Hadi
Bagikan