logo Kompas.id
EkonomiDi Balik Ketahanan Pangan...
Iklan

Di Balik Ketahanan Pangan ”Opor Ayam”

Makanan saat Lebaran kerap kali berlimpah dan tidak jarang tersisa cukup banyak. Kesadaran untuk mengelola dan mengonsumsi pangan lebih efisien dan ramah lingkungan perlu terus ditumbuhkan.

Oleh
M Paschalia Judith J
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6x6XxNq31_JY_E8JGPQkNhthsj4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2Fb19d29e5-f7b1-4887-b004-38c05f1f1280_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Penjual kulit ketupat menunggu pembeli di Kampung Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (12/5/2021). Kulit ketupat dijual satuan Rp 1.000. Kampung yang dulunya bernama Ujung Malang ini ramai oleh penjual daging, janur, dan sayuran untuk hidangan Lebaran.

Aneka makanan tersaji melimpah di meja makan saat Lebaran. Tidak terkecuali ketupat dan opor ayam. Namun, sebelum lidah menjelajah rasa, tangan mesti bergerak dan akal budi perlu menjawab ”Apakah hidangan ini berasal dari jerih petani? Seberapa banyak yang sanggup dikunyah dan ditelan? Bagaimana cara mencegahnya agar tak jadi sampah?” sebagai wujud hormat pada sajian pangan.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Said Abdullah menilai konsumen saat ini mulai kritis terhadap kualitas pangan. ”Akan tetapi, aspek kedekatan dan asal muasal pangan (locality and origin) kerap dilupakan. Oleh sebab itu, Idul Fitri menjadi momentum untuk menyucikan hati dan mendekatkan diri kepada petani,” katanya saat dihubungi.

Editor:
Rini Kustiasih
Bagikan