logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊHarga dan Serapan Garam...
Iklan

Harga dan Serapan Garam Anjlok, Resi Gudang Tersendat

Nasib petambak makin terpuruk. Setelah harga garam anjlok dan stok menumpuk, sistem resi gudang yang diharapkan menyangga kredit dengan jaminan garam dengan harga layak ikut tersendat.

Oleh
BM Lukita Grahadyarini
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VlXJat5xFndEui0gItjrbPTMvbE=/1024x649/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2F20210316WEN1_1615876691.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Truk mengangkut garam yang akan dikirimkan ke pengolahan ikan asin di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (16/2/2021). Garam tersebut merupakan sisa produksi petani yang disimpan untuk kebutuhan industri ikan asin di sekitar Demak.

JAKARTA, KOMPAS - Anjloknya harga dan serapan garam rakyat turut berimbas pada tersendatnya sistem resi gudang garam yang digulirkan pemerintah. Padahal, resi gudang menjadi penyangga petambak untuk mendapatkan harga layak.

Hingga saat ini, stok garam rakyat mencapai 723.000 ton. Indonesia memiliki 24 gudang untuk penyimpanan garam rakyat sebelum diserap industri pengolah. Dari 24 gudang garam nasional, baru tujuh di antaranya yang memiliki sistem resi gudang, yakni di Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Tuban, Pamekasan, dan Pangkep.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan