logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanBeberapa Masyarakat
Iklan

Beberapa Masyarakat

Dalam percakapan atau penulisan sehari-hari, kadang muncul pengucapan kata-kata yang seolah-olah benar padahal salah, seperti beberapa masyarakat, air dalam kemasan, dan makanan berat atau makanan ringan.

Oleh
André Möller
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/riB64JAza5cVmgYLQ9qRY_BYpUg=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2FBAHASA-Kolom_1545409606.png

Pandemi sudah menggagalkan banyak rencana perjalanan dan kekecewaan umum makin menumpuk. Bagi kami yang sudah lama tidak bisa mengunjungi Indonesia, Nusantara serta penghuninya dalam khayal kami makin diagungkan dan dimuliakan. Begitu pula dengan makanan, minuman, tempat, kegiatan, dan cuaca yang kami rindukan. Untuk menyeimbangi rasa itu, ada gunanya mengingat-ingat beberapa ucapan yang selalu mengganggu, bagaikan goresan di zamrud.

Yang pertama adalah beberapa masyarakat. Sebenarnya tak ada yang salah dengan ucapan ini kalau digunakan secara tepat, tetapi cukup sering justru diselewengkan. ”Masyarakat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ’sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama’. Dengan kata lain, suatu masyarakat bisa berupa suatu golongan etnisitas, tetapi bisa juga terdiri dari orang-orang yang memiliki identitas lain yang sama. Maka, KBBI memberikan sejumlah contoh gabungan, seperti ”masyarakat adat”, ”masyarakat perdesaan”, dan ”masyarakat modern”. Tesaurus Bahasa Indonesia (Tesamoko) memberikan tiga definisi yang sedikit berbeda: ’bangsa, khalayak’;  ’komunitas, paguyuban’; dan  ’asosiasi, kelompok’. Yang jelas, ”masyarakat” itu banyak orang. Oleh karena itu, saya selalu menggaruk-garuk di kepala saya yang gundul ketika membaca kalimat seperti ”saya bertanya kepada beberapa masyarakat”. Rupanya orang gemar menyamakan ”orang” atau ”manusia” dengan ”masyarakat”, tetapi mereka menghilangkan arti ’dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan’. Kabupaten Pati, di laman resminya, menulis bahwa ada ”sejumlah masyarakat masih tak percaya Covid-19” dan bahwa ada ”masyarakat yang enggan memakai masker”. Kompas pun menulis bahwa ”masih ada beberapa masyarakat yang tak acuh dan tidak tahu tentang wacana pemindahan ibu kota negara”. Saya yakin, yang dimaksudkan bukan ”masyarakat”, melainkan ”manusia” atau ”orang”.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan